Tulisan ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita untuk selalu positif thinking dan terus berpikir ke depan, berusaha untuk membuat semua yang terjadi tampak mudah. Bagi siapun yang sedang dilanda masalah apapun itu yang biasanya membuat hati kita begitu resah, pikiran begitu berat, dan lain-lainnya yang membuat kita hidup segan dan mati gamau, mungkin perlu mencari caranya sendiri untuk menyikapi sebuah permasalahan.

Ada beragam cara orang untuk mengatasi masalahnya, dan beberapa di antaranya sangat unit. Ada yang kalau ketimpa masalah, dia akan langsung makan yang banyak banget atau ada juga yang dengan menghaburkan uang untuk belanja barang-barang yang terkadap tidak benar-benar dibutuhkan. Bahkan, ada juga yang spesifik, misalnya langsung aja tidur, siapa tahu pas bangun keadaan berubah, dan ada juga mungkin yang berani bunuh diri! Wah .. jangan sampai itu terjadi sama kita deh..

Intinya mah kalo orang lagi dilanda hal-hal yang ngebuat kita hidup segan dan mati gamau itu, dia pasti ingin mengalihkan pikirannya dari masalah atau dengan kata lain lari dari masalah, atau bisa juga dibilang kalau dia gamau ambil pusing, toh uda ga ada apa-apa lagi yang bisa diusahain. Antara masalah sugesti atau memang itu logika yang masuk akal untuk menghibur diri karena kalau ada masalah, logikanya adalah dicari solusi yang menjawab permasalahan tersebut.

Nah, gw ada sedikit pemikiran tentang bagaimana cara kita mereduksi kegalauan yang melanda hati dan pikiran kita, yaitu dengan menyadari bahwa suka dan duka adalah hal yang wajar dan semua adalah kehendakNya, tapi bagi beberapa orang, hal itu masih sulit diterima apalagi bagi mereka yang  berpikiran terlalu amat sangat eksak sekali. Tuhan tentunya menciptakan ilmu pengetahuan bukan tanpa tujuan, mungkin 1+1 = 2 tidak selalu didefinisikan demikian, tetapi bisa berarti secara kontekstual bahwa dengan bersatu kita akan lebih kuat, dan sebagainya yang kadang-kadang hikmahnya itu nyerempet kehidupan kita sehari-hari.

Tau tentang osilasi kan? Yang ada fungsi trigonometrinya itu, seperti gambar dibawah ini nih :



Dari salah satu prinsip ilmu pengetahuan yang notabene tentunya didapat dari hukum alam yang tentunya juga ciptaan Tuhan YME, yaitu keseimbangan alam atau kekekalan massa atau kekekalan energi yang intinya dari prinsip tersebut menggambarkan kehidupan kita sehari-hari. Memang hanya sebuah analogi sederhana yang disangkutpautkan dan ternyata analogi yang bakal gw sampein ini rasanya cukup masuk akal.

Kembali lihat ke kurva di atas, kurva di atas terdiri atas dua fungsi persamaan yang tidak diketahui nilainya pada setiap titik, tetapi variablenya diketahui, sehingga kita dapat mengetahui dimana titik maksimum atau minimum berada. Kira-kira, hidup bisa dianalogikan seperti itu, kita tidak pernah tahu fungsi persamaan hidup kita yang maksudnya kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, dan seterusnya, tetapi kita diberi kesempatan untuk mengetahui beberapa titik-X sebagai petunjuk sehingga kita dapat merencanakan atau memprediksi dan kemudian kita berusaha. Pedoman kita adalah variabel-variabel yang kita ketahui yaitu waktu (sumbu-X) dan kejadian sehari-hari (sumbu-Y). Maksudnya kita tahu kalau waktu itu terus berjalan dan diberjalannya waktu itu banyak hal yang kita temui apakah suka atau duka, tapi satu hal yang pasti, sayangnya, kita tidak pernah tahu fungsi persamaan kita akan berhenti di sumbu-X berapa dan sumbu-Y berapa.

Lalu, bagaimana kita menyikapi kalau kita tidak pernah tahu dititik sumbu-X berapa kita akan berhenti atau boleh dikatakan mati, melainkan hanya variabel yang diberikan. Ini adalah kekurangan informasi yang harus kita syukuri. Kita tidak akan tahu kapan kita berakhir agar kita manusia tidak berhenti berusaha dan berdoa di waktu yang ada bersama dengan naik turunnya kehidupan kita sehari-hari. Bisa diambil sisi positifnya kalau ini adalah sisi sensasi dari relatifitasnya Einstein yang bisa disangkutpautkan kalau kita tidak akan pernah merasa sangat senang kalau belum merasakan sangat sedih, dan sebaliknya. Seperti halnya siang dan malam aja, manusia tidak akan bisa istirahat kalau tidak mengenal malam.

Kita masuk lebih dalam lagi, di atas tadi uda gw sebut tentang keseimbangan atau kekekalan, nah sekarang mungkin adalah intinya. Coba lihat lagi kurva dua warna tersebut di warna kurva biru identik dengan kejadian-kejadian sehari-hari yang tidak mengenakkan dan kurva warna merah itu identik dengan kejadian-kejadian yang menyenangkan sehari-harinya. Perhatikan titik (0,2), kurva biru berada di atas atau bidang positif, sedangkan kurva merah di bawahnya pada bidang negatif. Maksudnya adalah pas kita sedang sangat sedih yang memuncak pada bidang positif, dan pada saat itu selalu dibarengi dengan keputusasaan kalau kesenangan berada pada titik nadirnya yang sepertinya sudah nyaris ini adalah akhir dunia. Perasaan ini sering muncul pada diri kita ketika mengalami kejadian serupa, misalnya nilai ujian kita jelek banget dan kita merasa ini adalah akhir dunia atau kejadian buruk lainnya.

Perasaan yang sama pun akan muncul ketika kurva kebahagiaan yang berwarna merah itu ada di puncak atas, sedangkan kurva kesedihan ada di titik terbawah. Dan biasanya pada saat itu, hidup begitu indah dan rindu selamanya akan seperti ini, apalagi jika kesenangan itu datang setelah kesedihan yang begitu mendalam banget.

Pertanyaan yang sama diulang kembali, apakah kita siap dengan segala kebahagiaan dan kesedihan yang akan menimpa kita? Sudahkah ada cara untuk menyikapinya dengan cara yang baik?

Tidak ada manusia yang dalam hidupnya selalu sial, dan tidak ada juga yang selalu beruntung. Fungsi persamaan hidup sudah memplotkan prinsip keseimbangan terjadi dalam hidup kita. Jika kita bahagia, bersiaplah untuk merasa sedih kelak, dan sebaliknya karena adanya rasa bahagia adalah karena ada rasa sedih, adanya rasa benci adalah karna pernah mencinta, jadi semuanya kekal dan seimbang seperti kurva di atas!. Ya bisa dilihat kalau fungsi persamaan tersebut kita integralkan untuk mencari luasannya, maka total dari kedua persamaan tersebut adalah nol. Hukum aksi-reaksi yang jadi pedoman ilmu rekayasa dalam segala bidang pun menggambarkan kondisi seimbang dan kekal.

Darimana kita tahu batasan diri kita dalam menerima kesedihan dan sejauh mana diri kita mampu tetap tidak lupa diri ketika kesenangan datang? Seperti persamaan pada umumnya, titik ekstrim dapat diketahui dengan mendiferensiasi persamaan tersebut terhadap satu variabel yang dalam hal ini adalah variabel waktu (sumbu-X) atau dy/dx=0, dari persamaan baru tersebut dapat diketahui juga berapa nilai –X yang merujuk pada sumbu-Y ekstrim jika dikembalikan ke fungsi awal persamaan, tetapi karna fungsi ini adalah fungsi osilasi tidak beraturan, maka titik ekstrim hanya dapat diketahui pada satu interval – X yang dapat kita ketahui, sedangkan kita tidak pernah tahu berapa nilai X kedepannya atau kita tidak pernah tahu apakah waktu akan masih ada untuk kita esok.

Maksudnya paragraf di atas adalah kalau manusia hidup selalu dalam ujian yang tersirat dalam senang dan sedihnya. Semua yang kita rasakan, sedih atau senang akan selalu terasa berada pada titik ekstrimnya, nah disaat itulah kita diuji dengan segala keterbatasan untuk tidak dapat mengetahui variabel-X (waktu) kita kedepannya sehingga kita tidak dapat menerka-nerka kapan kesenangan atau kesedihan ini akan berakhir. Jadi, ini mungkin bisa jadi maksud tertentu kalau manusia harus tetap sabar di kala sedihnya dan syukur di kala senangnya. Bersiap untuk sedih ketika kesenangan datang, dan bersiap untuk senang kembali ketika kesedihan itu datang. Mungkin pepatah baru kalau keberhasilan adalah kegagalan yang tertunda bisa jadi boleh dipelajari disekolah agar kita tidak lupa bersyukur dan bersabar.

Mungkin penjelasan di atas masih jauh dari relevan korelasinya antara kurva dengan kehidupan kita sehari-hari, tapi gw sih yakin kalo semuanya yang dipelajarin di sekolahan ada gunanya, mungkin salah satunya itu mensimplifikasi berbagai keadaan dengan mengetahui sifatnya.. Semoga berguna dan tolong diluruskan kalau ada yang salah..

Site Visit : PLTGU Priok

March 29, 2010

Satu lagi kesempatan baik dan langka yang saya dapat, yaitu kunjungan proyek dan pabrik yang kali ini bukan dalam rangka kuliah atau kerja praktik, melainkan kunjungan yang jadi program pelatihan jarak jauh bagi calon karyawan PT Wika. Ini seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya bahwa saya berkesempatan lebih dini untuk bekerja selepas lulus kuliah nanti. Insya Allah.

Keseluruhan kegiatan kunjungan ini berlangsung dari hari Kamis sampai Jumat, tanggal 25-26 Maret 2010, tetapi saya harus datang tanggal 24 Maret 2010 ke Hotel Sofyan Tebet, Jakarta. Disanalah saya dan beberapa teman saya bermalam hingga hari Jumat nanti. Saya bersama 24 teman lainnya terpilih dari beberapa PTN seperti UGM, ITS, ITB, Undip, dan UNS.

Aktivitas pertama adalah kunjungan ke proyek pembangunan PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap) di Tanjung Priok. Berangkat pukul 1000 ke lokasi setelah sebelumnya kami briefing sesaat sekaligus pembukaan di kantor Wika pusat di Cawang. Ini adalaj kali pertamanya saya mengunjungi proyek PLTGU yang notabene sarat dengan teknologi elektrik yang canggih. Dan ternyata benar, nilai proyek yang besarnya Triliunan rupaih itu didanai oleh JICA Jepang dan dikelola oleh Mitsubishi Motors yang mempercayakan PT Wika untuk membangung struktur dari PLTGU tersebut.

Sebuah proyek dengan nilai 470 milyar bagi PT Wika sendiri. Ada apa aja sih disana merupakan hal yang menarik untuk digali sehingga bisa dapat gambaran kondisi di lapangan.

Panduan langsung oleh petugas dari K3 dan engineer muda lulusan UNS kepada kami untuk meninjau lapangan. Cuaca sangat terik dan berdebu sehingga peralatan APD berikut masker tidak lupa kami kenakan. Beberapa bangunan besar yang dibangun strukturnya oleh Wika adalah landasan atau rumah dari turbin, gedung baja yang sangat megah, dan saluran Bona yang mengalirkan air dari laut ke daratan atau sistem PLTGU, dan pembuatan dermaga. Tidak banyak memang proyek struktur yang dilakukan, tetapi tingkat kesulitannya sangat tinggi berikut juga dengan risikonya.

Yang menarik disana adalah karena proyek tersebut dijalankan juga oleh beberapa kontraktor yang berperan pada masing-masing lingkup misalnya bagian elektrikal dan mesin yang sebagian besar dikerjakan oleh perusahaan nasional. Namun, Mitsubshi sebagai pemberi pekerjaan diawaki oleh karyawan dari mancanegara, ada yang Jepang, Belanda, dan Prancis. Sebuah pemandangan yang menarik ketika orang-orang Indonesia bekerjasama dengan orang-orang luar negeri. Secara fisik, sangat mencolok sekali perbedaannya. Orang-orang LN yang tinggi, putih bekerja berdampingan dengan pekerja-pekerja Indonesia yang mayoritas pendek dan hitam karena terbakar matahari.

Saya melihat ada satu hal yang menarik tetapi juga memprihatinkan. Salah seorang karyawan Wika berkata bahwa kita harus bangga karena PLTGU ini adalah salah satu yang terbaik di dunia saat ini karena menggunakan sistem pengolahan termutakhir. “Hey, Bung! Ini proyek punya siapa, bung! Jangan bangga dulu..” Mereka hanya meminjam tempat kita untuk membangun proyeknya, meskipun proyek ini demi kebaikan masyarakat kita juga karena PLN mendapat lahan baru untuk membeli listrik. Saya jadi berangan-angan, kapankan Indonesia akan mampu mandiri secara teknologi seperti mereka?!. Bukankah dengan menguasai teknologi tersebut, bangsa kita akan jadi bangsa yang besar!. Tanah air kita sangat luar untuk dapat dibangun ratusan PLTGU di atasnya.

Saat itu, saya terasa dekat dengan realita yang ada, dan di satu sisi juga saya jadi merasa tidak bisa berbuat banyak. Apalagi ketika seorang karyawan K3 yang mungkin tenaga proyek kontrak mengeluhkan kesenjangan antara karyawan LN dari Mitsubishi dengan karyawan lokal. Ia berkata kalau karyawan Mitsubishi sangat berbeda dengan kita, gaji mereka perbulan = gaji kita setahun, dan itu belum termasuk fasilitas mobil dan apartemen yang mereka dapat. Ya, tetapi ini adalah realitanya, tidak dapat dihindari, tapi kesempatan selalu ada! Dan akhirnya itu seperti tampak ketika PT Wika sendiri berencana berbuat “lebih” pada kegiatan-kegiatan bisnisnya dalam jangka waktu kedepan. Nampak sebuah ambisi besar untuk menguasai bidang infrastruktur, energi, dan pertambangan. Sebuah visi yang mungkin belum banyak dipikirkan oleh banyak orang. Mungkin sebuah konglomerasi baru yang baik yang dimiliki oleh BUMN Indonesia. Ya semoga visi yang dicita-citakan tercapai.

Mengenai pengalaman teknis yang saya dapat disana sebenarnya tidak terlalu banyak dan mendalam karena waktu kunjunan yang singkat ditambah cuaca yang sangat panas membuat kami semua kala itu cepat lelah. Mungkin ada beberapa hal baru yang saya dapat seperti saya melihat langsung sistem bekisting MESSA dari Turki yang jarang digunakan di Indonesia, saya melihat bagaimana pembuatan cofferdam, penyambungan pipa raksasa, sekaligus pembangunan struktur baja yang megah. Keseluruhan dari fasilitas yang dibangun sepertinya mengedepankan aspek kekuatan dan kemegahan.

Sesaat pengalaman beberapa jam di lokasi cukup menggambarkan beberapa hal berarti kepada saya mengenai kerja keras, ambisi, dan kekurangan. Simbol bagi kita untuk tidak menyerah bercita-cita dan memperbaiki diri selalu.

Perjalanan dari lokasi PLTGU ini pun dilanjutkan ke proyek pembangunan apartemen dan kantor Eightrium di kawasan Wahid Hasyim. Ada pelajaran dan pengalaman yang berbeda juga disana..

Shadow of The Day

March 17, 2010

I close both locks below the window
I close both blinds and turn away
Sometimes solutions aren’t so simple
Sometimes goodbye’s the only way

And the sun will set for you
The sun will set for you
And the shadow of the day
Will embrace the world in grey
And the sun will set for you
Pink cards and flowers on your window
Your friends all plead for you to stay
Sometimes beginnings aren’t so simple
Sometimes goodbye’s the only way

And the sun will set for you
The sun will set for you
And the shadow of the day
Will embrace the world in grey
And the sun will set for you

And the shadow of the day
Will embrace the world in grey
And the sun will set for you

And the shadow of the day
Will embrace the world in grey
And the sun will set for you

-LP-

LPJ Bidang EKSTERNAL!!!

March 15, 2010

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kepada Allah SWT yang tentunya tidak akan cukup hanya dengan menuliskan di kertas ini. Terimakasih yang teramat kepada Yogi sebagai ketua HMS yang menitipkan eksternal HMS pada saya, serta Frenchsie Duhitadewi, Faisal Hardi, dan Indradi Adiputra sebagai rekan mewujudkan harapan bersama ini, serta teman-teman BP dan semua angkatan 2006 dan 2007 yang selama ini membantu sangat besar. Tidak akan cukup lembaran ini untuk dituliskan, biarlah Tuhan YME yang mencatatnya.

Di akhir kepengurusan BP HMS ini saya mencoba menyampaikan buah pikiran saya selama ini semenjak diamanahi hingga sekarang. Tulisan ini mungkin tidak menggambarkan seluruh dinamika yang terjadi hampir satu tahun ini. Tetapi, ini merupakan persembahan untuk seluruh massa HMS, terutama angkatan 2007 dan 2008 yang akan memegang HMS ini.

Bidang eksternal HMS terdiri dari tiga departemen, yaitu departemen keprofesian, departemen pengabdian masyarakat, dan departemen hubungan luar. Ketiga departemen ini ada untuk menjawab kebutuhan dan tanggung jawab dari HMS sebagai organisasi kemahasiswaan. Kebutuhan akan sebuah kontribusi kepada lingkungannya, serta tanggung jawab yang seharusnya tidak berat untuk diemban jika ketiga departemen ini berhasil memahamkan pada seluruh anggota HMS mengenai salah satu esensi dari berhimpun.

Pertama kali diamanahi menjadi wakil ketua himpunan bidang eksternal, saya bermimpi dapat sesuatu yang sangat berarti, bermanfaat, dan syukur-syukur berdampak langsung untuk Indonesia dari ruang kecil di dalam himpunan. Ini kesempatan yang harus saya manfaatkan sebaik mungkin. Itu saja yang ada dalam pikiran saya. Belum terpikirkan bagaimana cara mewujudkannya hingga akhirnya datangnya para kepala departemen yang siap merumuskan mimpi-mimpi kami yang ternyata sama. Realita bahwa merubah Indonesia merupakan mimpi yang terlalu besar dan angan-angan tidak berpengaruh pada pikiran kami waktu itu.

Saya katakan pada keprofesian HMS ketika pertama kali membentuk departemen ini bahwa amanah yang kita emban saat ini sangat besar pada pundak kita. Ada satu arah gerak HMS untuk bangsa ini yang kita pegang. Ada satu mimpi besar dari angkatan kita yang ingin merapikan tatanan orientasi gerak HMS. Jika HMS kehilangan arah pada salah satu arah geraknya, maka tidak ada gunannya organisasi ini. Pada pundak keprofesian diharapkan dilahirkan orang-orang yang tidak memandang keprofesian sebagai sekedar keahlian kejuruan, bukan sekedar satu keahlian seperti yang tidak bertujuan pada perbaikan di masyarakat. Departemen ini bukan pelengkap kuliah, bukan les tambahan, tetapi ini adalah pemicu untuk keprofesian yang lebih luas. Pada pundaknya, ada orang-orang yang mau mencari kekurangan dan menemukan solusi, orang-orang yang mampu melihat bahwa gempa Jabar yang terjadi lalu, mampu dipecahkan dengan struktur rumah bambu! Ini tidak dapat di kuliah, dan memang seharusnya departemen ini bukan pelengkap kuliah. Ini adalah departemen pencetak manusia unggul, seharusnya.

Demikian juga pengabdian masyarakat (PM HMS) bahwa zaman yang berbeda sekarang tidak boleh melunturkan semangat kita untuk mengabdi. Jangan lihat kondisi lingkungan kita saat ini. Kampus kita yang hebat, Kota Bandung kita yang gemerlapan, dapat membutakan mata kita pada realita yang sebenarnya ketika dikolom-kolom jembatan Pausepati tidur pengemis jalanan, kedinginan. Ketika kita yang sedang makan di pasar Balubur didatangi oleh anak kecil berpakaian kumel yang bernyanyi dengan sengaunya, tidak nafsu makan jadinya, bukan karena jijik, tapi karena sesuatu yang mungkin kita sudah tahu. Bahkan ketika kita melihat ada satu anak kecil penjual donat yang berjualan dan terkadang tertidur di tengah-tengah kampus kita yang kaya. Ironis!. Maka dari itu, jadilah pengingat bagi seluruh anggota HMS akan sebuah realita, peran, dan potensi yang dapat LEBIH kita lakukan bagi orang lain.

Saya katakan kepada  Hubungan Luar HMS, bahwa kamu adalah muka HMS! Muka HMS yang dilihat oleh masyarakat luar, oleh orang-orang di luar komunitas kita. Alumni kah itu, himpunan lain kah itu, bahkan dosen kita. Kamu adalah corong informasi HMS dua arah, dari kamulah HMS menjadi dinamis dengan perubahan dunia luar, kamu tahu bagaimana memainkan mimik muka HMS agar mereka tahu apa yang kita rasakan dan kita mampu menyampaikan maksud kita kepada mereka. Hampir segala perubahan HMS dari faktor eksternal berasal dari kamu, dari isu PROKM yang mengharuskan kita menentukan sikap, dari isu program studi yang membuat HMS harus memutar otak hanya untuk menyampaikan sebuah pengakuan, isu alumni yang mengharuskan kamu memberikan pelayanan terbaik kepada kakak-kakak kita disini, isu kemahasiswaan yang sangat kompleks harus kamu nikmati dengan ikhlas dan ikhlas, dan sebagainya.

Mimpi besar yang ada untuk merubah Indonesia rupanya menjadi sangat rasional dengan adanya orang-orang seperti Frensi, Indra, Faisal beserta teman-teman lain. Seadainya kita menemukan jalan buntu, permasalahannya adalah pada kita bersama, pada kesiapan kita bersama, pada keseriusan kita bersama. Perbaikan Indonesia adalah tujuan besar kita, adanya teman-teman di HMS adalah rasionalisasinya, maka dari itu jangan khawatir dengan target yang sudah menunggu, tetapi antisipasilah kendala-kendala dalam prosesnya. Pada titik ini, Bismillah mari kita jalan bersama-sama.

“Keprofesian adalah bagaimana kita menjadi manusia pembelajar yang dinantikan orang-orang di sekitar kita selepas lulus nanti”

Departemen yang menjadi alat HMS untuk menginteraksikan potensi keprofesian kita dengan masyarakat sekitar. Departemen yang diisi oleh orang-orang terpilih dan komitmen pada perubahan untuk menaikkan kembali porsi keprofesian pada level yang seharusnya. Ini adalah departemen pelayanan, melayani setiap anggota HMS dengan usaha yang terbaik, meski terkadang dapat dipahami bahwa pelayanan pun boleh dinikmati, boleh juga tidak. Ternyata memang, hidup penuh dengan pilihan, ada pilihan dalam pilihan. Tetapi, itulah organisasi, pembagian tugas kebeberapa orang agar nantinya dapat disajikan ke semua orang.

Perlahan-lahan dari departemen ini berupaya mengenalkan hal-hal yang baru kepada seluruh anggota HMS mengenai ketekniksipilan. Disajikan semenarik mungkin, dengan tema yang juga menarik, awalnya semata-mata untuk membuat semua mata melirik tetapi tetap berhati-hati bahwa apa yang departemen ini berikan bukan les tambahan, apalagi kuliah tambahan, jangan sampai itu yang malah mereka pahami, padahal lebih dari itu.

Kuliah tambahan adalah pilihan sedangkan berkeprofesian adalah tanggung jawab dan kewajiban  HMS, seperti itulah jika ingin dibandingkan.

Berpikir dan berpikir, kita coba berikan pelayanan dengan kuantitas yang banyak dan kualitas yang baik. Kuantitas yang banyak hingga membuat semua anggota HMS merasa bahwa tidak ada hari tanpa sebuah interaksi keprofesian, tanpa ada inovasi baru, tanpa ada pemahaman baru. Kualitas yang baik hingga membuat semua anggota HMS menantikan hari kegiatan yang direncanakan.

Energi dari teman-teman di departemen ini sangat besar, semoga cukup mencerminkan betapa besarnya juga komitmen orang-orang di dalamnya.  Kegiatan besar bertema keprofesian “Civil Competition” diharapkan menjadi pendobrak kejenuhan sekaligus pendongkrak semangat seluruh HMS. Berharap jadi sebuah trademark baru teknik sipil ITB, acara ini didesain dengan mengerahkan seluruh sumber daya yang ada dalam departemen. Sejak pertemuan perdana pembahasan hal ini sore-sore di depan himpunan yang awalnya hanya dihadiri oleh sedikit orang, kebuntuan ide sudah terasa. Pengalaman yang kurang mengajarkan kami betapa HMS yang sudah berumur 50an tahun ternyata memang hasil jerih payah pemikiran dan kerja keras dari apa yang setiap angkatan lakukan, seperti yang akan kami lakukan berikutnya, yaitu mengalahkan tradisi dan berpikir tidak terkekang. Lahirnya sebuah konsep lomba teknik sipil yang kami desain seilmiah mungkin dengan referensi hasil diskusi dan “perang” mulut, yang ternyata dibelakangan kami ketahui ternyata hasil diskusi kami tersebut sudah terilimiahkan dalam sebuah mata kuliah di jurusan planologi, pengembangan masyarakat. Hari itu, HMS menemukan satu ilmu baru dan besar dengan caranya sendiri. Satu kunci dari keprofesian HMS.

Terlaksanalah kegiatan kompetisi teknik sipil skala nasional tersebut. Pelajaran terpenting ternyata memang didapat saat persiapan dimana kondisi tersulit kepanitiaan sering dihadapi dapat dipecahkan dengan kebersamaan yang menular perlahan-lahan.

Persiapan acara ini cukup menguras energi keseluruhan departemen. Sangat dipahami. Saya yakin kala itu, ini hanyalah masalah fisik dan pengorbanan waktu dari keseluruhan departemen dan kepanitiaan yang rela bersusah payah menyiapkan acara besar H-2 UTS. Komitmen untuk menanggung risiko harus dilakukan karena yang kami lakukan dalam melaksananak acara itu sama baiknya dengan kita berkuliah. Adanya teman-teman seperjuangan kala itu membuat kepercayaan diri kami naik. Janji untuk saling belajar bersama pasca acara membuat kami bersemangat dan yakin. Bagaimanapun juga, kelelahan fisik dan pikiran adalah hal yang tidak dapat dihindari, padahal masih banyak kesempatan di depan yang harus dimanfaatkan. Munculnya  kembali semangat besar yang sementara tersembunyi di balik lelah hanyalah menunggu waktu. Hari itu, HMS belajar saling memahami sesama anggotanya dan tahu bahwa kemampuan kita tidak ada batasnya.

“Pengabdian Masyarakat adalah bagaimana kita menikmati berada ditengah-tengah masyarakat dan menemukan diri kita merasa jadi orang paling bermanfaat di dunia”

Ingatkan kepada kami jika kami tertidur terlalu lama pada tempat tidur hangat kami! Departemen yang mempunyai peran sebuah insan ideal yang memikirkan bagaimana dirinya dapat sebermanfaat mungkin bagi orang lain. Dari namanya tentunya tidak akan cukup waktu dan sumber daya manusia yang ada untuk mengabdi pada 200 juta lebih masyarakat Indonesia. Kami sadar bahwa ini adalah organisasi dimana ada skala prioritas kepentingan dari analisis kondisi dan kebutuhan terkini yang dapat dilakukan. Pendidikan adalah tema besar pengabdian masyarakat HMS tahun ini. Memperkecil cakupan tema bukan berarti memperkecil jumlah masyarakat yang harus kiat abdikan diri kita. Kita semua disinilah, semua anggota HMS yang akan menjadi agen-agen pengabdian pada masyarakat di masa kuliah dan di masyarakat nantinya. Agen-agen terdidik yang cakap dan pandai memangku jabatan, yang memiliki satu sense kemasyarakatan meski hanya secuil kecil di syaraf otaknya. Dengan demikian, departemen ini adalah departemen kaderisasi yang memiliki konsep pembelajaran learning by doing by our own self. Selamanya HMS tidak akan tahu seperti apa masyarakat jika tidak pernah berinteraksi, maka berinteraksilah agar tahu.

Berangkat dari usaha melihat konsep pendidikan yang ingin tercerdaskan dulu kepada seluruh anggota HMS sampai kita cukup pantas berinteraksi, PM HMS berupaya belajar bersama mengenai pendidikan lewat usaha pewacanaan dan diskusi dengan harapan akan muncul pemahaman tersebut ditambah dengan upaya terjun ke dunia pendidikan itu sendiri lewat rumah belajar KM ITB, meski tidak semuanya berjalan mulus sesuai rencana karena rumah belajar KM ITB sedang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi hari itu, HMS tahu bagaimana caranya menikmati keberhasilan yang tertunda dan maju lagi dua langkah.

Lapangan masyarakat yang sebenarnya sudah dipersiapkan oleh PM HMS, yaitu Civil goes to school. Konsep mendekatkan diri seluruh anggota HMS pada dunia pendidikan sekaligus dengan sample masyarakat yang diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi agen-agen terdidik, InsyaAllah alumni HMS. Sejalan dengan konsep dan teknis yang dipersiapkan bersama teman-teman dari departemen keprofesian, konsep CGTS sempat juga menemukan kebuntuan apalagi departemen PM memiliki lebih banyak batasan, sehingga kuncinya adalah kreativitas. Syukurnya, banyak orang-orang kreatif yang ada di HMS dan terberdayakan di kepanitiaan ini. Image HMS dari pihak luar seperti himpunan lain bahwa HMS selalu serius bahkan oleh kebanyakan  anggotanya sendiri pecah dalam sehari, ketika orang-orang kreatif tersebut bekerja sekehendak hatinya, sangat terlihat betapa memang HMS dapat menjadi apapun seperti yang anggota-anggotanya inginkan. Munculah konsep besar CGTS yang ringan, kreatif, dan memasyarakat namun dipersiapkan dengan bahasan yang cukup mendalam. Hari itu, HMS belajar tentang sebuah kreativitas untuk dapat bersentuhan dengan masyarakat, bahwa berkomunikasi dengan masyarakat adalah dengan memahami mereka.

Perjuangan untuk terus mengabdi tidak berhenti sampai disitu, tragedi bencana gempa Jabar dan Padang cukup dapat membuat muka kita malu kala itu seandainya tidak ada yang dapat kita lakukan. Cukup pantas, karena di kampus dan jurusan kita-lah pusat ilmu konstruksi dan gempa itu berkembang. Baru ini saya melihat, seorang ketua departemen, berjuang bersama beberapa stafnya demi dapat mengabdi ketika orang lain berlibur menjelang idul fitri , ketika gempa Jabar menjadi isu utama, mempersiapkan segalanya dengan harapan ketika masuk kuliah nanti sudah tersedia wahana pengabdian yang dapat dimanfaatkan oleh anggota HMS yang lain, bahkan HMS menjadi tumpuan himpunan lain yang juga ingin berkontribusi dalam bidang ini. Dengan segenap usaha dan berkoordinasi dengan Satkorlak Gempa KM ITB berupaya memberi yang terbaik, meski terkadang niat baik tidak selalu berjalan mulus dikarenakan faktor tertentu.

Saat-saat itu begitu terasa kalau  kenikmatannya adalah pada ketika diri kita bermanfaat bagi orang lain. Bagaimana jika HMS-lah yang ternyata bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya.

“Hubungan Luar adalah seperti “engsel” pintu HMS, bagaimana HMS menyikapi kedinamisan yang ada diluar untuk dapat memperkaya HMS dan sebaliknya”

Tanyakan kepada departemen ini jika kita ingin tahu seperti apa HMS dipandang dan bagaimana HMS menyampaikan maksud pemikirannya. Salah satu departemen yang memiliki jadwal sangat tentative dan harus dapat belajar cepat menjadi natural learner karena arus informasi dan perubahan tidak selalu sesuai harapan, karena orang-orang di departemen ini dituntut menjadi engsel yang harus dapat berfungsi setiap saat, sehingga pintu dapat dibuka dari dalam maupun dari luar.

Departemen ini adalah pusat data dan informasi dengan referensi lapangan dan perpustakaan. Outputnya adalah bahan kajian untuk menyikapi keadaan. Begitu banyaknya isu luar yang datang, terkadang semuanya adalah penting dan harus disikapi. Seandainya bisa disandingkan jumlah hari dalam satu minggu, jumlah isu yang timbul dapat melebihinya, hingga terkadang sistem organisasi di dalamnya harus berjalan paralel dan setiap orang mendalami satu isu dengan tema besar. Saya tidak bermaksud menyatakan bahwa departemen ini adalah departemen yang padat, sama sekali tidak, tanyalah pada departemen ini bagaimana menyikapinya. Akan selalu ada satu solusi untuk beberapa persamaan yang kita ketahui variablenya.

Bagaimana HMS berinteraksi dengan alumni adalah salah satu hal yang menarik. Kita mengetahui bagaimana HMS melahirkan alumni-alumninya dan seperti apakah alumni yang dihasilkan oleh HMS, betapa masih adanya semangat HMS ketika kami menyanyikan mars HMS bersama-sama, bahkan ditantang push-up bersama-sama alumni di reunian mereka. Alumni-alumni yang ada memiliki kesan dan pesannya masing-masing mengenai tantangannya selama di ITB dan HMS. Setiap kali ada reunian alumni di ITB, HMS selalu diikutsertakan dan melihat seperti apa alumninya, setiap kali itu pula HMS semakin yakin dengan tujuannya.

Bagaimana HMS berinteraksi dengan himpunan lain, Kabinet, MWA WM, dan Kongres KM ITB merupakan suatu pelajaran bahwa HMS memiliki peran dan tanggung jawab sangat besar. Bagaimana HMS berinteraksi dengan himpunan lain adalah bagaimana mendiskusikan yang terbaik untuk kemajuan KM-ITB. Tantangan fisik dan waktu sering dihadapi, forum semalam suntuk sering dihadapi mendiskusikan sesuatu lintas organisasi tapi untuk kepentingan bersama. Mungkin bosan dan jenuh, tapi kenikmatan dan belajarnya adalah bagaimana kita mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Setiap kali forum itu, HMS belajar sifat kenegarawanan, sifat berpikir lintas kepentingan untuk kemaslahatan bersama.

Bagaimana HMS berinteraksi dengan pihak-pihak lain, seperti program studi, instansi perusahaan, himpunan sipil di luar ITB, bahkan Indonesia menunjukkan bahwa HMS sudah sangat besar dan sangat kecil di waktu yang bersamaan. HMS kita ternyata masih besar dipandang oleh organisasi setingkat yang ada di luar ITB, mereka banyak belajar dari kita, mereka menjadikan kita acuan, mereka menjadikan kita “musuh” yang harus dikalahkan dalam arti positif. Seperti apakah kondisi HMS sebenarnya merupakan standard organisasi di Indonesia secara keseluruhan!. Kita jadi sangat besar, besar akan tanggung jawab dan kesempatan. Bagaimana memajukan mahasiswa dan organisasi di Indonesia adalah dengan memajukan HMS itu sendiri karena kita adalah parameter yang selalu dikejar. Di saat bersamaan kita sangat kecil, ketika tidak dapat berbuat apa-apa terhadap sebuah sanksi yang harus kita terima dengan dewasa, bijak, dan ikhlash, sangat kecil ketika kita disandingkan dengan mahasiswa dari Jerman yang pada negaranya sudah tidak lagi dipusingkan dengan masalah masyarakat dan kemiskinan. Kemajuan negara tersebut secara langsung dan tidak mempengaruhi bentuk kemahasiswaannya, terlepas saya sendiri tidak mengetahui dengan detil seperti apa sistem pendidikan dan apa tujuan pendidikan di sana. Tapi ada satu hikmah, yaitu HMS harus terus belajar, berkembang, dan besar, dan kembali belajar tanpa kesombongan.

Semoga nilai – nilai keprofesian HMS menjadikan kita semua anggota HMS sebagai solusi-solusi ditengah keberagaman masalah di masyarakat, menjadi cahaya ditengah kegelapan. Berani berdiri di kegelapan agar tidak sia-sia cahayanya dan melihat sesuatu yang terang sebagai tujuannya.  Semoga HMS yang belajar menemukan jawaban dengan caranya sendiri dan HMS yang saling memahami sesama anggotanya serta memiliki kemampuan tidak terbatas, kesemuanya meresap ke diri-diri semua anggotanya.

Semoga nilai-nilai pengabdian masyarakat di HMS menjadikan kita semua anggota HMS sebagai agen terdidik yang berjuang bersama masyarakat nantinya. Semoga arti nilai kebermanfaatan kita sebagai anggota HMS terhadap manusia lain terolah. Semoga dapat mengingatkan kita semua bahwa realita yang sebenarnya bukanlah kampus kita. Berjuang bersama adalah kunci untuk merubah kondisi masyarakat nantinya. Semoga secuil sense kemasyarakatan di kepala kita membawa perubahan di negara ini. Maka, semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan berperan besar bersama-sama dengan secuil sense itu.

Semoga nilai-nilai kenegarawanan dan natural learner mampu menjadikan kita semua anggota HMS yang mampu berpikir komprehensif dan baik menjawab segala yang menjadi kebutuhan dunia luar. Fungsi engsel dan corong pada departemen hubungan luar dapat teresapi pada alumni-alumni teknik sipil dan HMS sebagai agen yang dapat berperan sekecil apapun dimasyarakat asalkan dapat melakukan yang terbaik, terus belajar mengembangkan diri.

Bersama dengan semua pencapaian yang telah dilakukan selama BP HMS tahun ini, bersama dengan kelebihan dan kekurangannya, saya, Dirga Noor Rochman, 15006126, sebagai wakil ketua himpunan bidang eksternal, sebagai pemimpin, koordinator, dan penanggung jawab dari 3 departemen sesuai wewenang yang diberikan oleh ketua himpunan HMS ITB, sangat puas dengan kinerja seluruh 3 departemen beserta segala pencapaiannya, sangat puas akan usaha yang telah diupayakan. Semoga segala hikmah dari semua pencapaian dan kegagalan yang saya tuliskan tersurat dan jelas di atas menjawab tujuan dari organisasi HMS sesuai AD/ART, yaitu :

  1. Membina kekeluargaan antaranggota khususnya dan antarmahasiswa pada umumnya.
  2. Mengusahakan dan memperjuangkan kepentingan anggota dalam bidang studi, keprofesian, kreativitas, dan kesejahteraan.
  3. Membimbing, menampung, dan menyalurkan potensi anggota untuk pengabdian, perjuangan, dan pembangunan negara Republik Indonesia.

Sungguh sangat banyak kekurangan dan kesalahan yang dilakukan oleh saya sebagai pribadi kepada seluruh massa HMS dan ketua himpunan, Yogi, atas sebuah harapan, amanah dan kesempatan yang ditumpukan pada saya dan teman-teman  saya. Semoga termaafkan dan  hikmahnya dapat dirasakan bersama agar ketika malam hari kita menghitung jumlah ibadah kita yang bermanfaat bagi orang lain pada siang hari, setidaknya melebihi 10 jari tangan ini atau lebih baik tidak tahu sama sekali.

“Janganku mati hanya meninggalkan nama!”

Wasalam.

disajikan saat MA LPJ BP09/10, 10-13 Maret 2010 @ 3201 dan sekre HMS